Ketika sampah dianggap sebagai buangan yang menjijikan dan dijauhi banyak orang, tapi tidak bagi sebagian warga yang tinggal di sekitar TPA Ngronggo yang terletak di Kota Salatiga ini. Meski TPA ini sedang menjadi topik pembicaraan hangat baik oleh akademisi dan stakeholder karena disinyalir belum memiliki Instalasi Pengolah Air Limbah untuk Lichied/air lindi sampah sebelum dibuang ke lingkungan karena bisa menbahayakan karena bisa mencemari sumber-sumber air disekitar TPA, mereka justru tidak mempedulikan dan terkesan acuh tak acuh dengan masalah tersebut. Sebut saja mereka dengan nama pemulung sampah. Dari hari ke hari mereka selalu bergelut dengan sampah, sampah menjadi sumber kehidupan bagi mereka dan keluarga mereka, dan pemulung tidak bisa hidup tampa sampah bahkan bisa saja kehilangan kehidupan manakala tidak mengais sampah dan barang-barang bekas atau rongsokan dari tumpukan sampah.
Bukan itu saja...rumah-rumah kardus dan rumah plastik sering bermunculan disekitar TPA yang digunakan para pemulung sebagai tempat transit untuk mengepul barang-barang bekas dan roksokan yang akan dijual ke penadah barang bekas. Sungguh ironis sekali, disaat banyak orang hidup degan pola hidup yang tidak ramah lingkungan dan tidak efesien yang pada akhirnya meningkatkan jumlah produksi/timbulan sampah rumah tangga dan domistik, sebagian warga masih banyak yang mengharap uluran tangan untuk memperoleh seonggok sampah.
Para pemulung bertahan hidup dari tumpukan sampah tampa menghiraukan akan resiko akumulasi terkontaminasi racun-racun yang muncul dari tumpukan sampah. Mampukah mereka bertahan dan hidup terus dari tumpukan sampah...???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar