Rabu, 27 Agustus 2008

Fenomema Barong Ada di Masyarakat




Kawasan sanggar seni yang ada di desa Batubulan Kabupaten Giyanyar Bali adalah salah satu tempat yang paling banyak terdapat tempat pementasan Tari Barong. Setiap tempat memiliki penari dan penabuh gamelan sendiri yang sudah pasti mahir dalam memainkan peran dan musik gamelannya. Tarian Barong adalah tarian khas Bali yang berasal dari khazanah kebudayaan Pra-Hindu. Tarian ini menggambarkan pertarungan antara kebaikan (dharma) melawan kebatilan (adharma). Barong adalah mahluk mithologi melukiskan kebaikan berujud Barong Keket binatang berkaki empat dan Rangda adalah maha dahsyat sosok yang menyeramkan dengan dua taring di mulutnya yang menggambarkan kebatilan. Pementasan ini terdiri dari 5 babak yang disajikan secara menarik dan cukup atraktif. Maka tidak heran jika para penonton baik wisatawan asing dan domestik pastilah berdecak kagum karenanya. Inti dari pementasan ini adalah menceritakan bagaimana perang antara kebaikan dan kebatilan terus terjadi dan tak pernah bisa berakhir, yang kemudian menjadi sebuah fenomena dalam kehidupan masyarakat sampai saat ini. Bahwa kebatilan harus terus dilawan dengan kebaikan. Sampai umur kehidupan di muka bumi ini berakhir, fenomena Barong dalam kehidupan masyarakat pasti tidak akan pernah sirna.



Sabtu, 02 Agustus 2008

Keperkasaan Wanita Pemulung Tritih Lor Cilacap



Hidup menjadi pemulung sampah pastilah bukan menjadi cita-cita hidup seseorang. kalau boleh memilih Mbak Muntamah yang tinggal di Tritih Lor Kota Cilacap pastilah ingin menjadi orang kaya yang berkecukupan dan selalu dimanja berbagai fasilitas. Tidak seperti sekarang ini nasib Mbak Muntamah masihlah jauh dari keberuntungan dan dalam kondisi serba sulit sekali. Saat di tinggal suami pergi ke Sumatera untuk mencari nafkah di perkebunan sawit, Muntamah harus rela melepas suaminya agar bisa memberikan nafkah keluarga untuk memperbaiki masa depan hidupnya. Tetapi saat-saat sulit mulai melanda dan tiba, dimana kiriman uang suami yang sering terlambat dan terkadang kiriman uang pun tak kunjung datang, membuat ibu muda ini terpaksa harus rela mengais-ngais tumpukan sampah di Tempah Pembuangan Akhir (TPA) Tritih Lor yang bau dan banyak lalat, karena ia tidak punya kepandaian apapun yang bisa menghasilkan rupiah. Terlihat dari pandangan sayu mata Muntamah yang seolah-olah menunjukkan rasa lelah yang berkepanjangan masih terdapat senyum yang menunjukkan harapan saat ia menatap tajam tumpukan sampah yang menggunung. Meski banyak orang jijik dan menghindari sampah justru Muntamah bergumul dan mengelutinya dengan memilah-milah sampah yang masih dapat berubah menjadi rupiah. Plastik, kertas, kardus dan kaleng adalah sumber rezeki bagi Muntamah dan wanita pemulung lainnya. Setiap harinya Muntamah dan wanita pemulung bisa mendapatkan rezeki antara 7 ribu sampai 10 ribu rupiah dengan menjual hasil pulungan mereka ke pengepul barang bekas. Memang jumlah tersebut sangatlah kecil, tapi bagi Muntamah uang itu bisa menjadi sumber hidup untuk membiayai sekolah anaknya yang kini duduk di bangku sekolah dasar. Muntamah memang sungguh perkasa, terik matahari menyengat, bau tidak sedah dan debu yang berhamburan dari tumpukan sampah tidak menyurutkan nyalinya untuk terus mengais-ngais sampah. Hidup di atas tumpukan sampah memang sangat sulit, tetapi Muntamah tetap menunjukkan senyumnya padaku saat saya hadir di sampingnya, meski hanya bertegur sapa dengan sedikit pertanyaan yang saya ajukan untuk berbagi rasa dan derita. Jangan pernah berhenti untuk mempertahankan hidup Mbak Muntamah....

FT Unimus Open Table Di Coca Cola


Setiap perguruan tinggi swasta dituntut untuk cerdas dalam mensiasati penerimaan mahasiswa baru dewasa ini. Kondisi mahasiswa yang terus menurun dari tahun ke tahun, akibat ekspansi perguruan tinggi negeri yang seperti kapal keruk, harus segera disikapi dengan otak yang cerdas dan cemerlang. Hal ini lah yang di tangkap Unimus dalam mensiasati penerimaan mahasiswa barunya. Tidak hanya menunggu mahasiswa datang mendaftar, tetapi justru jemput bola dengan membuka pendaftaran ditempat industri atau instansi yang memiliki relevansi dengan program studi yang di tawarkan Unimus. Fakultas Teknik Prodi Teknik Mesin dan Teknik Elektro , Prodi Teknologi Pangan dan Fakultas Ekonomi Prodi manajemen dan Akuntansi Unimus membuka peluang dan menawarkan sedekat mungkin dengan calon dan konsumen yang akan menggunakan jasa pendidikan di Unimus untuk mengembangkan potensi SDM. Tidak baen-baen Unimus Open Table di Coca Cola Company salah satu perusahaan soft drink terkemuka di tanah air ini. Semoga ada hasilnya...

Kreativitas Guru Dalam Drum Bleg



Membimbing anak-anak yang masih duduk di bangku Pendidikan Pra Sekolah atau yang sering disebut Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) seperti Taman Kanak-Kanak atau Play Group memang gampang-gampang susah. Saat prasarana dan sarana sekolah terbatas, seorang guru tidak boleh berhenti untuk berkreatifitas dalam memberikan bimbingan pelajaran dan bermain kepada peserta didik. Guru harus selalu siap dalam kondisi apapun selalu berekspresi dan berinovasi meski fasilitas sekolah masih minim adanya. Sebut saja TK ABA 47 Gedawang yang terletak di Kelurahan Gedawang Kecamatan Banyumanik, meskipun belum memiliki perlengkapan Drum Band Anak, guru-gurunya tidak pernah putus asa dan selalu panjang akalnya. Betapa tidak, ketidak sabaran menunggu fasilitas Drum Band yang belum terealisasi mengingat anggaran yang masih diperuntukkan untuk post kegiatan lain, justru menumbuhkan kreatifitas gurunya. Siswa diajarkan Drum Band tahap awal untuk memegang stik drum dengan menabuh bleg (bahasa jawa) atau kaleng-kaleng roti bekas. Jika ditanya bagaimana suaranya pastilah sangat riuh sekali, tetapi justru sang anak didik sepertinya sudah merasakan menabuh Drum Band sungguhan. Dengan senyum canda tawa mereka memukul-mukulkan stik ke bleg..dung..dung...dung..bleg...bleg...bleg...suara khas dari kaleng-kaleng bekas roti berbunyi bertalu-talu. Kondisi ini tentu perlu menjadi contoh bahwa keterbatasan media pembelajaran siswa, tidak memupuhkan semangat kreativitas guru dalam mengajar dan berkarya untuk anak didik, toh sang siswa anak-anak TK dan Play Group juga merasa senang, nyaman dan gembira berlatih Drum Bleg. Melihat kondisi seperti ini tentu pengelola sekolah tidak tinggal diam saja, berbagai upaya untuk penggalian dana sudah dilakukan dan berbagai proposal pengembangan sekolah sudah diajukan untuk pengadaan fasilitas Drum Band, Setelah menunggu beberapa waktu akhirnya sang dewa penyelamat pun datang dengan menyediakan hibah dana pembelian Drum Band Anak. Bantuan Dana dari PT ASABRI akan segera direlasisasikan agar Drum Bleg segera berubah menjadi Drum Band. Ahhamdulillah....